NEWS UPDATE :  

Cerpen

Cerpen - Utusan Pemilik Semesta

Utusan Pemilik Semesta

Selamat pagi semesta…….

Suatu pagi dalam suasana hening seperti biasanya, tiba-tiba ada yang berbisik pelan padaku, iya….. Utusan Pemilik Semesta mengunjungiku secara teratur hari ini.

“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyanya penuh perhatian seraya berdesir lembut.

“Alhamdulillah, Allah memberiku anugerah yang begitu sempurna termasuk nikmat sehat-Nya kepadaku, ada perihal apakah yang membawamu kemari?” Aku bertanya pelan.

“tahukah kau? Ada yang bertanya tentangmu, Aku diutus untuk mengabarimu berita tersebut”. Sapanya.

“siapa? Siapakah pribadi yang menanyaiku? Bolehkah aku tau namanya?” Ucapku antusias.

“dia, dia yang masih dirahasiakan namanya. Sudah sholihahkah kamu tuk menyambutnya?” sontak pertanyaanya membuatku terperanjat.

“a….aku, aku…tidak tahu…..” suaraku parau dan mulai terisak.

“tak usah menangis sayang, sudah tak apa, kemarilah!” akupun tunduk dalam dekapannya. Sepoi itu cukup menenangkanku yang mulai terguncang.

“tak apa, sudahi air matamu sebab bila tidak, maka Aku harus berlalu dan utusan lain akan datang mengunjungimu” ucapnya lirih sedang aku masih dalam isakan. Terlelap, aku sempat terlelap oleh buaian sepoinya yang menyejukkan. Aku lupa pada kehadirannya pun saat Dia berlalu meninggalkanku. Tanpa aku sadari, mendung menyapa yang kemudian berganti hujan setelah Angin (utusan pertama) berlalu.

“bangun Ananda, hari sudah mulai siang” suara Hujan (utusan kedua) tiba seraya mengelusku pelan dan penuh kasih.

Sontak aku terbangun dengan suara tak asing itu, aku mengenalnya, sangat mengenalnya.

“kenapa Kau kemari?” ucapku sambil menatapnya sadis

“untuk menghapus air matamu” Ia masih dengan senyum ramahnya.

“ta….tapi….aku….” suaraku serak tak mampu berkata meski air mataku telah Ia hapus dengan sempurna.

“tak apa, aku mengerti Ananda tak menyukaiku sebab sebuah kenangan” katanya lembut.

“tidak….bukan seperti itu, aku hanya tak tau kenapa setiap kali Kau datang, nelangsaku kembali seolah mengoyak semua kebahagiaanku, Astaghfirullaahal ‘adziim” ucapku tunduk dan masih dengan air mata yang tak jelas dalam dekapannya.

“bila kau sudahi air matamu, Aku akan kembali dan biarlah Surya mengunjungimu” ucapnya dengan nada penuh kasih.

“ma’afkan aku….ma’afkan aku….” Hanya itu yang mampu ku ucap saat melepasnya.

Kemudian....Suryapun mulai kembali menyinari bumi dan menghangatkan keadaanku.

“sudah tenangkah kau, Sunny?” Sang Surya (utusan ketiga) menyapaku tenang.

“Alhamdulillah, sudah jauh lebih baik” balasku diiringi senyum tulus.

“apa yang terjadi denganmu? Kenapa belakangan ini kau tampak murung?” Surya yang selalu memahami keadaanku dengan baik menatapku penuh tanya.

“ntahlah….” Ucapku tanpa menatapnya.

“sudahlah….tak usah kau tutupi kemurunganmu, aku tau ada hal berat yang kau alami belakangan ini” Ia mulai mendesak penuh tatapan harap.

“aku….aku….” ucapku terbata sebab tak kuasa menceritakan hal yang ku alami seperti biasanya aku, sosok introvert yang penuh misteri.

“sampai kapan kau akan menyimpan semuanya sendiri? Sampai kapan kau akan menutup diri seperti ini?” Surya mulai menasihatiku dengan lembut, sedangkan diriku masih tertunduk lesu, menahan sesak.

“aku….a….apa yang salah dengan diriku? Apakah aku terlalu keras? Atau terlalu berambisi dalam membimbing?” akupun mulai bercerita.

“tidak, tidak sama sekali. Hanya saja mereka tidak mengerti tentang sudut pandangmu, tidak mengerti bagaimana pola pikirmu, juga mereka masih belum memiliki kemauan yang tinggi, masih suka menuruti ego masing-masing, terlebih lagi orang-orang yang tak kau kenali itu hanya menganggapmu orang asing yang penuh dengan perbedaan. They judge you just from their perception, not from their own knowledge”. kata-katanya menenangkan.

“tak apa, aku mengerti dan aku tau mereka selalu menganggapku pribadi jutek dengan ekspresi menyeramkannya. Aku tau itu, sekarang aku harus bagaimana?” responku dalam desahan nafas panjang.

“pergi temui mereka setelah kau adakan evaluasi diri, jangan lupa libatkan Allah dalam setiap masalahmu”. Sungguh nasihatnya begitu bijak.

“baiklah Surya, akan aku sempatkan waktu menemui salah satu dari mereka. Dia yang mengerti aku dan selalu berbagi denganku. Terima kasih untuk semuanya”. Akupun mengatur nafas pelan tuk mengantar Surya kembali dan menjemput Senja, utusan-Nya yang lain.

“Senja….aku merasa Kau terlalu cepat datang mengunjungiku” protesku pada Senja yang merupakan utusan terakhir.

“bukankah Kau sudah jauh lebih tenang sekarang? Surya sudah mengunjungimu, lalu hal apa yang akan Kau ceritakan? Bagaimana pertemuanmu siang tadi?” Senja menyerangku dengan beragam pertanyaan dalam satu tema.

“iya….semuanya telah kembali, Alhamdulillah Allah selalu mendengar apa yang aku ceritakan, sering aku terharu pada Rob-ku Yang Maha Perkasa, sebab selalu menganugerahiku dengan segala pemberian-Nya yang sempurna padahal aku sering lalai dalam bersyukur kepada-Nya juga sering sekali ibadahku cacat kepada-Nya”. Kalimat panjangku membuatku tertunduk kembali.

“sudahlah….yang terpenting jangan pernah lelah untuk men-sholihah-kan dirimu, tetap berusaha menjadi anak baik, tahan amarah dan lebih baik diam daripada lisan menyakiti, dan lagi jangan pernah kau risaukan rezeki di Bumi Allah. Selama kau masih hidup, Allah telah menjamin semua hal untukmu dengan sempurna, Hun!! (panggilan lengkap Senja adalah Honey tetapi panggilan singkatnya “Hun”) Lalu bagaimana dengan pertanyaanku diawal tadi? Bagaimana mereka kembali begitu cepat?” tuturnya penuh wibawa.

“oh iya….alhamdulillah, mereka sadar dengan sendirinya Senja” aku tersenyum dalam peluknya.

“alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin….maka nikmat Allah yang mana lagi yang akan kita dustai? Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan sekalipun kita selalu lalai dalam bersyukur dan seringkali lupa kepada-Nya”.

“iya….Senja terima kasih untuk semuanya yaa….terima kasih untuk ketenangan yang selalu menjadi ciri khasmu sehingga aku bisa melepas semuanya dengan damai, istirahat dengan nyaman dan selalu menunggumu hingga kamu hampir berlalu”.

“ya sudah tidurlah, waktuku sudah lama, ayo….aku masih menemanimu hingga nanti kau akan bangun sebelum aku pergi”. Senja mengelusku penuh kasih hingga aku tertidur pulas.

Semua yang hadir dalam setiap waktu kita tak pernah secara bersamaan, pastilah mereka memiliki waktu tersendiri kapan harus menemui kita. Mengapa demikian? Sebab mereka adalah utusan Pemilik Semesta yang semuanya telah diatur dengan sempurna oleh Dzat Pemilik Semesta, Allah Robbanaa.

Selamat malam……

Ø  Sebuah catatan:

Sosok “Aku” dalam cerita ini dikisahkan sebagai pribadi yang tidak terbiasa menceritakan hal yang dialaminya pada orang lain, melainkan Ia lebih suka bercerita pada yang lain, siapa? Sebagaimana yang telah dikisahkan dalam cerita tersebut.☺

 

 

 

By: Member of Tenth Grade’s SMA Al Falah Putri