Opini - Boomerang for Youth of Muslim
Boomerang for Youth of Muslim
By: Khafidatur R*
Secara harfiah, “sweet seventeen” diartikan oleh sebagian remaja sebagai awal yang manis untuk memulai kehidupan mereka secara real dan mandiri. Menganggap bahwa usia 17 tahun adalah usia dimana mereka bisa memiliki diri mereka sendiri tanpa ada kendali penuh dari orang tua. Diusia itu, mereka merasa bebas untuk mengekspresikan apa yang dibenak mereka sebagai seorang remaja walaupun pada kenyataannya mereka masih banyak bergantung pada orang tua, seperti halnya dalam hal finansial serta pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Asumsi tersebut membuat angka 17 itu sebagai angka yang sangat istimewa dalam kehidupan remaja sehingga hampir sebuah kewajiban bagi remaja jaman sekarang untuk merayakan usia mereka yang sudah mencapai 17 tahun tersebut, walaupun pada dasarnya usia 17 tahun hanyalah usia dimana mereka bisa diakui dengan sah sebagai warga negara Indonesia.
Perayaan sweet seventeen pada awalnya dilakukan oleh remaja-remaja barat yang mana saat ini sweet seventeen ini telah mengalami generalisasi makna, yang awalnya hanya sebuah perayaan hari ulang tahun malah menjadi sebuah trendy sehingga bagi mereka yang tidak bisa merayakan sweet seventeen ini dianggap “kolot, ndeso, kudet, kuper, ed-el-el”.
Ironisnya, mereka justru mendapat dukungan besar dari para orang tua untuk merayakan hal tersebut. Bahkan ada yang merayakan secara besar-besaran di hotel-hotel berbintang misalnya, menyewa satu “lounge” yang asyik buat clubbing, no alcohol, DJ yang memainkan musik dugem, MC yang merasa gokil memandu acara sambil teriak-teriak biar seru, dan ditambah lagi cewek-cewek dengan dandanan dan tampilan yang super seksi dan menarik perhatian, begitu pula cowoknya yang merasa tidak kalah saing dengan para cewek, memakai setelan jas yang super mahal dan bagus, tidak lain hanya untuk memikat para cewek.
Sweet seventeen benar-benar menjadi trendi tersendiri bagi kalangan remaja saat ini, mulai dari remaja non muslim dan remaja muslim apalagi. Mulai dari remaja kota hingga remaja desa, mereka menganggap angka 17 yang menggenapi usia mereka sebagai angka yang special yang wajib dirayakan dengan cara mereka masing-masing. Bahkan lebih wajib dari perayaan 17 agustus atau 12 robi’ul awal bagi remaja muslim.
Maka dari itu, sweet seventeen yang merupakan produk asli negara barat merupakan boomerang bagi remaja kita dan BOM (bom yang memerangi) bagi remaja muslim khususnya.
Pada dasarnya, realitas kehidupan yang dipenuhi dengan permainan atau biasa dikenal dengan fase kanak-kanak yang bermakna sesuatu yang melalaikan merupakan fase pertumbuhan yang mana terkadang di fase ini seorang anak sering melakukan hal-hal ceroboh, sedangkan zina lebih mengarah pada remaja yang kehidupannya selalu ingin dihiasi dengan hal-hal yang sifatnya senang dan bermegah-megahan.
Selain itu, usia 17 tahun lebih mengarah pada zina dan yang merupakan fase dimana seorang remaja lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat fun and happy. Mereka yang masih dalam masa labil dan belum bisa berfikir secara matang dan bijak sehingga terkadang mereka melakukan hal-hal yang bisa memperburuk masa depannya, seperti pergaulan bebas, minum-minuman keras, obat-obatan terlarang dan hal-hal yang menjerumuskan mereka pada “free sex”. Tsumma nau’dzu billah.
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka para remaja belum mampu memfilter dengan baik pergaulan mereka dan kurangnya kontrol orang tua sehingga mereka cenderung salah tafsir dalam mengartikan usia 17 tahun tersebut.
Selain itu, kurangnya pendidikan agama dalam keluarga juga turut berperan dalam masalah ini, sehingga sebagai remaja muslim Indonesia sudah seharusnya untuk kita lebih banyak belajar tentang agama, tidak cukup dari orang tua dan guru mengaji saja. Sebab saat ini sudah merupakan technological era dimana semuanya serba mudah dan praktis, sehingga tidaklah sulit bagi kita untuk belajar secara otodidak dari mana dan dimana saja kita inginkan.
Let’s be better, kawan!!!
*) Siswi SMA Al Falah Putri
XII IPA Excellent