NEWS UPDATE :  

Opini

Opini - Remaja dan Santri Masa Kini

Remaja dan Santri Masa Kini

Berbicara tentang remaja masa kini yang terlintas dibenak kita pertama kali pasti tentang demonstrasi, orasi, begal, narkoba, pergaulan bebas dan hal-hal negatif lainnya. Bukannya yang baik-baik malah yang buruk-buruk yang muncul dibenak masyarakat. Mengapa bisa demikian? Ini remaja loh Guys, harapan bangsa kita. Masih ingat kan dengan pepatah, “tidak akan pernah ada asap jika tak ada api”. Setuju banget dengan pepatah ini. Kenapa ketika remaja yang disebut malah yang terlintas itu adalah hal-hal yang negatif? What’s wrong? Sebab dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat di era digital ini sudah menjadi hal-hal yang biasa bila terjadi tindakan-tindakan asusila yang telah dilakukan oleh para remaja Indonesia. Contohnya kasus pembulian, pemerkosaan, bahkan kasus aborsi yang terus meningkat tiap tahunnya. Apa penyebabnya? Yaa itu tadi, kemajuan zaman. Internet dapat dengan mudah masuk dalam kehidupan kita, baik yang di kota ataupun dipelosok desa. Bahkan sudah menjadi keharusan bila remaja seusia kita untuk memilik ponsel canggih dengan berbagai aplikasi cerdasnya yang kesemuanya itu berujung pada google. Internet yang awalnya diharapkan dapat mempermudah kita untuk mencari dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan malah seringkali digunakan untuk hal-hal yang kurang manfaatnya. Seperti menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk chatting di Line, Messenger, BBM, Path, Instagram dan beragam jejaring sosial lainnya.

Lalu bagaimana seharusnya remaja itu? Bagaimana kita mengubah ataupun memperbaiki paradigma masyarakat tentang kita yang sudah terlanjur buruk? Coba kita perhatikan diri kita sendiri, bisakah kita menjadi seperti apa yang orang tua, guru dan masyarakat inginkan terhadap kita? Menjadi sosok yang membanggakan dan selalu bersahaja dalam kebaikan? Bisakah?

Membanggakan itu tak harus selalu dengan menuai prestasi lowh yaa!! Banyak sekali hal-hal kecil yang dapat membuat orang lain tersenyum saat melihat kita, seperti ikut aktif dalam berbagai kegiatan sosial atau bakti sosial,  jujur, berperilaku sopan terhadap yang lebih tua dan menyayangi terhadap yang lebih muda, dan masih banyak lagi hal-hal kecil lainnya. Semuanya mudah, bila kita niatkan dan jalankan niat itu dengan hati yang ikhlas dan lapang.

Coba perhatikan dunia luar yang bukan lingkungan kita, seperti di Kota atau di tempat-tempat wisata misalnya. Ironis memang, kala melihat pasangan muda-mudi yang tengah asyik dengan dunia mereka dan bahkan tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Memilih hidup dengan foya-foya, bergaul terhadap lawan jenis tanpa batasan dan lupa waktu, sering keluyuran, parahnya lagi adalah lebih memilih asyik dengan media sosialnya daripada mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Astaghfirullaah!! Pernahkah mereka berpikir sekali saja tentang kemajuan bangsanya? Siapa lagi yang bisa diharapkan bila generasi muda saja tidak peduli dengan bangsa dan negerinya sendiri?

Mari buka mata, hati dan pikiran kita. Kemana bangsa ini akan kita bawa? Kita adalah negara dengan populasi islam terbesar diseluruh penjuru dunia. Sekalipun kita tidak disebut dengan negara islam. Tetapi islam adalah agama mayoritas, tak perlulah kita berkaca pada Amerika yang memang islam merupakan agama minoritas disana. Cobalah kita berkaca pada Jepang, negeri yang luas negaranya saja hanya seluas Jawa-Bali bagi Indonesia tapi memiliki kemajuan yang cukup pesat, atau Paris dengan kegagahan Eiffel-nya serta keselarasan jalan yang teratur dengan sempurna. Sudah seharusnya kita kembali, iya kembali pada tugas kita masing-masing. Apa saja tugas tersebut? Kita ini siswa sekaligus santri, bukankah santri itu lebih identik dengan kesopanan, tutur bahasa yang lemah lembut, jujur, dan terlebih sami’na wa atho’na terhadap orang tua, guru, pengasuh, dan masyarakat selagi hal itu tidaklah menyimpang dari norma islam.

Ayo kembali!! kembali menjadi pribadi yang bersahaja dalam kebaikan, mentaati setiap peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah dan pesantren. Adakalanya kita jenuh dengan beragam peraturan tersebut, seperti akses informasi yang terbatas, musik yang hanya dapat dinikmati ketika hari jum’at saja, dan hal-hal lainnya yang membuat kita tertekan. Tapi dibalik semua rasa jenuh dan jengkelnya kita terhadap peraturan tersebut, coba deh kita telusuri lagi diri kita, kenapa semuanya begitu dibatasi? Agar kita senantiasa dekat pada Allah swt. Mengaplikasikan ilmu agama yang telah kita pelajari dan kita kaji bersama melalui kitab kuning, bukankah itu tujuan kita menjadi santri dan siswa di Lembaga Pesantren? Agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik kawan. Menjadi remaja masa kini tanpa mengesampingkan agama kita yang begitu sempurna dan menjadi bagian dari kecanggihan teknologi saat ini.

Bukankah kita begitu beruntung dapat hidup berdampingan dengan agama dan teknologi yang super duper canggih? Remaja masa kini itu adalah remaja yang selalu dekat sama Allah dan menikmati kecanggihan teknologi dengan pengetahuan yang telah kita pelajari dan kuasai, sungguh ini hanya ada di jaman kita Guys, gak ada di jaman kakek nenek kita, orang tua kita, ketika mereka dulu seusia kita. Maka nikmat Allah yang mana lagi yang harus kita dustakan? Ayo bersama-sama menjadi remaja masa kini yang tetap dalam ruang lingkup islam dan pastinya tanpa ketinggalan kemajuan teknologi J!!

Jangan jadikan masalah hanya karena kita di Pesantren dan mempunyai jam istirahat yang jauh dari kata cukup. Mengapa demikian? Sebab sebenarnya kita sedang dipersiapkan menjadi pribadi yang selalu siap dimanapun dan kapanpun kita dibutuhkan oleh masyarakat. Pesantren sedang membentuk karakter kita menjadi pribadi yang cekatan, professional dan disiplin dalam segala hal. Jangan berkecil hati hanya karena kita dapat mendengarkan musik hanya sehari dalam seminggu!! Sebab kita sedang dilatih untuk menjadi pribadi yang menghargai waktu dan tidak membuangnya percuma dengan kegiatan yang kurang bermanfaat bagi kita. Bukankah pesantren merupakan ladang barokah yang dapat menuntun kita menjadi seperti apa yang kita impikan dimasa mendatang? Jangan mau menjadi santri jadi-jadian yaa!! Maksudnya? Iyaa statusnya saja santri, tapi kelakuannya masya Allah!! Na’udzubillah, semoga kita bukan bagian dari pemikiran negatif masyarakat yaa!! Amin.

Kita di pesantren hanya sekali, dan bersyukurlah sebab kita masih bisa menjadi bagian dari tempat yang syarat dengan ilmu agama tersebut. Yang mengajarkan kita banyak hal tentang islam yang tidak mungkin didapatkan bila kita tidak menjadi bagian dari pesantren itu sendiri. Menjadi bagian dari kota Pamekasan yang merupakan kota santri, sungguh nuansa yang begitu indah.

Bangga menjadi santri di Kota Gerbang Salam dan Remaja Indonesia.

 

Srihatus Shalehah